Dinamika Nglinting dan Rokok Pabrikan

Selamat datang Sobat Sebat Story.  Di tahun 2019 awal tahun munculnya Virus Covid-19 adalah awal keemasan dunia pertembakauan dikarenakan perekonomian menurun dan para perokok banyak mencari rokok yang lebih ekonomis terjangkau. Pada saat itu di Jogja belum banyak penjual tembakau,  hanya Toko Tembakau Senior seperti Toko Tembakau Wiwoho yang berada di Utara Tugu Jogja, pedagang pasar,  dan toko tembakau senior lainnya sangat ramai di penuhi pelanggan baru dari pelarian rokok pabrikan. Pemandangan yang sangat langka antrian panjang di Toko Tembakau. 
Brands 313 Shop mulai berjualan tembakau pada tahun 2019 dan sangat tidak menyangka berdagang langsung mendapat jackpot tahun keemasan pertembakauan. Omset Toko Tembakau saat itu sangat luar biasa Kisaran Rp 500.000 hingga Jutaan rupiah per harinya. 

Para perokok saat itu kebanyakan masih menarget tembakau dengan rasa seperti rokok pabrikan seperti Surya, Jarum,  Samsu, Mild. Hingga kebiasaan nglinting sudah menjadi kebiasaan sehari hari para perokok pabrikan mulai mencoba tembakau Nusantara seperti tembakau Siluk asli Jogja,  Tambeng asli Jawa Timur, Gayo asli Aceh, Darmawangi asli Jawa Barat, Garangan asli Wonosobo Jawa Tengah, dan masih banyak lagi. Mereka mulai tertarik dengan rasa dan mulai tak menghiraukan harga. Seperti Tembakau Tambeng simpenan lama yang rasa sudah menetap dengan harga eceran Rp 60.000 hingga Rp 500.000 per ons terbeli juga oleh perokok yang memang mencari rasa. 

Dalam perhitungan keiritan memang Tembakau Lintingan lebih irit. Penulis ambilkan contoh harga Tembakau rasa rokok pabrikan di Jogja Kisaran Rp 18.000/ons sedangkan harga rokok ambil contoh Mild dengan harga Rp 25.000/bungkus dengan isi 16 Batang. Tembakau satu ons dapat menghasilkan 70 hingga 80 Batang, ditambah biaya membeli busa filter, lem, kertas, handroll hanya dengan uang kurang lebih Rp 25.000 sudah menghasilkan -+ 80 Batang jauh lebih irit dari Rp 25.000/bungkus hanya 16 Batang. 

Tahun 2020 awal menjamurnya Toko Tembakau khususnya di Jogja dan mulai ramainya pertembakauan di Nusantara. Di Jogja pada tahun 2020 sangat luar biasa untuk perkembangan perdagangan tembakau dari Toko Offline hingga Toko Online dan per COD-an sangat ramai sekali, namun pemandangan itu hanya bertahan setahun mungkin dikarenakan banyak pedagang dadakan yang pengen untung banyak hingga tidak pandang sesama pedagang yang akhirnya perang harga dan saling sikut dengan banyak Lapak Tembakau dijual modal dan tutup. 

Akhir tahun 2020 para perokok banyak yang kembali pada rokok pabrikan dikarenakan perekonomian yang mulai meningkat kembali dan muncul rokok murah, dengan uang Rp 5.000 sudah mendapat sebungkus rokok. Saat itu para pedagang banyak yang berkeluh tentang penurunan transaksi dan rokok ilegal juga meraja lela hingga ke plosok desa. 

Pada Tahun ini 2021 penulis merasakan mulai ada peningkatan kembali pada dunia pertembakauan mungkin dikarenakan cukai rokok mulai naik kembali. 

Terimakasih sudah mampir di blog B313 Story tetap ikuti perkembangan cerita

"Salam Sobat Sebat Nglintinger"

Komentar

Postingan Populer